Komposisi butir sedimen dan provenance sedimen
Sedimen merupakan kumpulan partikel yang sangat beragam. Namun jenisnya yang paling umum adalah sedimen silisiklastik namun hal tersebut berbeda dengan keterdapatan sedimen di Indonesia, terutama Pulau Jawa, karena berada dalam zona ring of fire, sedimen yang paling umum ditemui justru sedimen volkaniklastik. Hal ini sesuai dengan klasifikasi Tucker (1991) yang menyatakan bahwa sedimen atau batuan sedimen dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan pembentukannya. Pertama ada sedimen silisiklastik (terrigenous atau epiklastik) yaitu sedimen yang terdiri dari fragmen-fragmen yang berasal dari batuan telah ada sebelumnya yang tertransportasi dan terdeposisi melalui proses fisik. Contoh batuannya adalah konglomerat, breksi, batu pasir dan batu lempung, batu lanau, dan sebagainya. Lalu, kedua adalah sedimen hasil kegiatan biogenik, biokimia dan organik. Dari aktivitas hewan dan tumbuhan ditambah reaksi kimia seperti pelarutan, penguapan, dan sebagainya akan menghasilkan batuan sedimen. Contoh bantuannya adalah batugamping, deposit fosfat, batubara dan chert. Selanjutnya, yang ketiga adalah sedimen hasil proses kimiawi contohnya adalah evaporit, seperti mineral-mineral garam dan hidrat. Kelompok keempat adalah sedimen volkaniklastik, yaitu sedimen yang terbentuk oleh fragmen-fragmen batuan hasil kegiatan volkanik.
Dari identifikasi komposisi butir sedimen kita dapat mendapatkan beberapa informasi mengenai sedimen tersebut antara lain dapat dimanfaatkan untuk menentukan :
1.
Nama sedimen / batuan
sedimen
2.
Mekanisme / proses
pembentukan dan / atau pengendapan
3.
Lingkungan pengendapan
4.
Asal sumber batuan (Provenance)
5.
Iklim pada saat sedimen
terbentuk
Selain itu, komposisi partikel sedimen juga diperlukan dalam aplikasinya untuk keperluan ekonomi seperti dalam bidang eksprolasi minyak dan gas, bahan galian dan sebagainya. Berikut adalah nama – nama partikel penyusun sedimen dan keterangannya.
Tabel
2.1 Jenis partikel rombakan (detrital)
dalam sedimen silisiklastik (Tucker, 1991 dengan modifikasi)
NO |
Jenis Partikel |
Keterangan |
1 |
Fragmen batuan |
Dapat berupa : ·
Butir batuan sedimen dan
metasedimen (batulempung, batulanau, sekis mika, pelite, dll) ·
Butir batuan sedimen
silikaan (chert) ·
Butir batuan beku /
metamorf |
2 |
Kuarsa |
Paling
umum ditemukan oleh karena merupakan mineral yang paling stabil dalam kondisi
sedimentasi |
3 |
Feldspar |
·
Memiliki stabilitas
mekanik dan kimiawi yang lebih rendah dari kuarsa ·
Potassium feldspar,
ortoklas dan mikroklin lebih umum ditemukan daripada plagioklas |
4 |
Mika dan lempung |
·
Merupakan komponen utama
dalam mudrock ·
Biotit dan muskovit bisa
ditemukan dalam sedimen halus berupa lembaran – lembaran ·
Kelompok mineral lempung
umumnya ditemukan berupa kaolinit, illite, klorit dan smektit |
5 |
Mineral berat |
·
Merupakan mineral
aksesoris (umumnya <1% fraksi) dengan berat jenis >2,9 (berat jenis
kuarsa dan feldspar adalah 2,6) |
6 |
Partikel lainnya |
Dapat
berupa partikel karbonat, fosil, fosfat, dll |
Tabel
2.2 Beberapa ciri-ciri mineral berat (Folk, 1968 dengan modifikasi)
NO |
Mineral |
Ciri-ciri |
Kelompok mineral opak |
||
1 |
Ilmenit |
Hitam
besi – coklat gelap, bentuk seperti lempengan-lembengan masif kadang pasiran,
pecahan konkoidal |
2 |
Magnetit |
Hitam besi, isometrik, tidak ada belahan, granular dan masif, kilap
metalik |
3 |
Hematit |
Abu-abu
– hitam besi, hexagonal, tidak ada belahan, terdapat sisik-sisik seperti mika |
4 |
Pirit |
Kuning perunggu, granular, striasi antar bidang saling tegak lurus |
Kelompok ultrastabil |
||
1 |
Zircon |
Kuning jernih, hijau kadang coklat / biru, prismatik, tetragonal,
granular, kilap vitreous – damar, pecahan tidak rata sampai dengan konkoidal |
2 |
Turmalin |
Kunign
kecoklatan, prismatik memanjang, heksagonal, ada striasi memanjang, kilap
vetreous – damar, translucent, pecahan
tidak rata sampai dengan konkoidal |
3 |
Rutil |
Coklat – coklat kemerahan, tetragonal, bipiramidal, bentuk ramping,
striasi memanjang, prismati, masif, kilap submetalik – damar, pecahan tidan
rata |
Kelompok metastabil |
||
1 |
Olivin |
Hijau kekuningan, granular, rombik bipiramidal, pecahan konkoidal,
kilap vitreous |
2 |
Piroksen |
Hitam
kehijauan/ merah kecoklatan, prismatik, belahan dua arah, kilap vetreous – damar, pecahan konkoidal |
3 |
Garnet |
Kuning / coklat madu, granular, isometrik, tanpa belahan, kilap vetreous – damar, pecahan konkoidal |
4 |
Apatit |
Putih
jernih kadang kebiruan, prismatik, granular, bentuk ramping panjang, belahan
satu arah, kilap vetreous – damar,
pecahan sub-concoidal |
5 |
Epidot |
Hijau kekuningan – hijau kecoklatan/kehitaman, prismatik, bentuk
seperti papan, berserat, belahan satu arah, kilap vitreous – lemak, pecahan tidak rata sampai dengan konkoidal |
6 |
Zoisit |
Kuning
keabuan, prismatik, striasi vertikal, belahan satu arah, kilap vitreous – lemak, pecahan tidak rata
sampai dengan sub-concoidal |
7 |
Kyanit |
Putih kekuningan, tabular memanjang, meniang, berserat, belahan satu
arah sempurna, kilap vitreous - mutiara, pecahan tidak rata |
8 |
Andalusit |
Merah
rosa, prismatik, bentuk hampir persegi empat, tanpa belahan, kilap vitreous, pecahan tidak rata sampai
dengan rata |
9 |
Silimanit |
Coklat, bentuk ramping, belahan satu arah, kilap buram, pecahan tidak
rata |
Provenance dari butir-butir sedimen tadi dapat ditentukan dengan
menggunakan klasifikasi Dickinson, 1985 dalam Tucker, 1991. Kelimpahan dari
mineral-mineral ringan seperti kuarsa,
feldspar, dan litik batuan akan menjadi kunci penting dari penentuan provenance
ini. Dari provenance tadi juga dapat
diperkirakan tectonic setting tempat
pembentukan atau tempat asal butir sedimen tadi. Dalam Dickinson-Suczek, 1979
dijelaskan bahwa komposisi butir sedimen sangat dipengaruhi oleh karakterisitik
provenance-nya dan tectonic setting , dari situ
terbentuklah segitiga penetuan provenancedan
tectonic setting. Secara garis besar,
tectonic setting dan provenance dari butir sedimen menurut
Dickinson-Suczek dibagi menjadi tiga, yakni continental
block provenance, magmatic arc provenance, dan recycled orogen provenance. Continental
block provenance adalah lempeng benua yang stabil yang tidak dipengaruhi
atau sedikit dipengaruhi oleh aktivitas tektonik, seperti subduksi atau kolisi
dan continental block provenance ini
terbagi menjadi dua, yakni craton
interior atau lempeng benua yang stabil dan termasuk ke dalam passive
margin dan uplifted basement atau
lempeng benua yang mengalami pengangkatan akibat adanya sesar atau subduksi
yang letaknya jauh namun tepat mengakibatkan adanya pengangkatan, baik secara
lokal maupun regional walaupun begitu, ada klasifikasi trasitional continent yang menunjukkan daerah transisi dari lempeng
stabil menuju lempeng yang mengalami pengangkatan akibat tektonik. Selanjutnya
ada magmatic arc, busur magmatik yang
dihasilkan oleh proses subduksi antara lempeng benua dan lempeng samudera,
terbagi menjadi dua grup, yakni undissected
arc dan dissected arc, dan ada
lagi yang menambahkan daerah transisi atau transitional
arc. Undissected arc sendiri
adalah tempat asal sedimen yang berupa gunung api yang masih aktif yang
menyuplai sedimen berupa volcaniclastic
debris maupun erosi pada permukaan gunung api tersebut yang tidak terlalu
intensif. Jika gunung api telah lama tidak beraktivitas atau dimasukkan ke
dalam gunung mati maka akan menjadi dissected
arc, yakni suplai sedimennya berasal dari erosi tubuh gunung api, baik material
vulkanik maupun plutonik yang tererosi secara intensif dan masif. Lalu,
terakhir, ada recycled orogen yakni
zona kompleks subduksi atau sabuk lipatan. Material seperti kuarsa dan litik
sangat melimpah pada zona ini karena deformasi dari sedimen laut yang terangkat
atau dari lava dan pluton yang terekspos ke lingkungan luar menghasilkan suplai
kuarsa dan litik dalam jumlah besar. Recycled
Orogen terbagi menjadi dua bagian kompleks, yakmni kompleks subduksi,
dipenuhi oleh sedimen laut yang terangkat (ofiolit) maupun batuan beku bersifat
basa-intermediet dan kompleks kolisi, dipenuhi oleh batuan beku bersifat asam
dengan kandungan kuarsa yang tinggi.
Selain itu, dari ketiga komponen tersebut dapat pula
ditentukan batuan asal apakah termasuk ke dalam batuan beku atau batuan
metamorf serta iklim yang mempengaruhi daerah butir tersebut, apakah humid atau arid karena iklim termasuk faktor penting dalam mengukur tingkat
deformasi butir sedimen dan resistensinya terhadap pelapukan akibat iklim
sesuai dengan pendapat Stunner et al, 1981 dan Basu, 1985. Dan setting tectonic yang lebih spesifik
seperti segitiga Yerino & Maynard, 1984 yang membagi setting tectonic menjadi 5 bagian, yakni trailing edge (batas margin pasif), strike slip (pergeseran mendatar), continental-margin arc (batas subduksi, busur magmatik), back-island arc (busur belakang pulau)
dan forearc-island arc (busur muka
pulau).
Selain menggunakan mineral ringan untuk menentukan provenance
dari butiran asal sedimen, juga dapat menggunakan keterdapatan mineral berat
yang ada pada STA 2. Dengan menggunakan tabel McLane, 1995 yang berisikan provenance
dan minera berat yang sering ditemui pada batuan asal tersebut dapat
menjadi kunci untuk menentukan asal dari sedimen yang terendapkan di STA 2.
Contohnya pada daerah metamorfisme berderajat rendah dan metamorfisme kontak
ditemui beberapa mineral berat penciri daerah tersebut, antara andalusite,
staurolite, chondrodite, corondum, topaz, tourmaline, chlorite, dan muscovite.
Lalu pada daerah dengan litologi batuan beku asam ditemukan beberapa mineral
penciri, yakni monazite, sphene, zircon, tourmaline, rutile, magnetite,
apatite, muscovite dan pada daerah dengan litologi batuan beku basa ditemukan
mineral-mineral penciri seperti ilmenite, magnetite, anatase, diopside, rutile,
chromite, dan olivine.
Komentar
Posting Komentar