Struktur Sedimen : Channel & Scour


Dalam menginterpretasi batuan sedimen terdapat unsur yang perlu diperhatikan salah satunya adalah struktur sedimen. Menurut Surjono dan Amijaya (2010) dalam Sedimentologi (2017), struktur sedimen adalah suatu bentuk yang dihasilkan oleh proses fisika, biogenik, maupun kimia pada batuan sedimen. Bentuk dari struktur sedimen yang dihasilkan oleh proses-proses tersebut terjadi pada lingkungan pengendapan yang berbeda sehingga sebuah struktur sedimen pada batuan sedimen menjadi bagian penting dalam interpretasi lingkungan pengendapan. Struktur sedimen dari proses fisika dapat berupa pergerakan arus fluida, sedangkan untuk proses biogenik meliputi kegiatan dari suatu organisme pasca pengendapan seperti pembuatan tempat tinggal, adapun struktur dari proses kimia meliputi proses pelarutan antar komponen batuan sedimen.

Berdasarkan proses pembentukannya, struktur sedimen dapat dibedakan menjadi tiga yaitu struktur sebelum proses pengendapan (pre-sedimentary structure), struktur yang terbentuk selama proses pengendapan (syn-sedimentary structure), dan struktur yang terbentuk setelah proses pengendapan (post-sedimentary structure). Sedangkan Tucker (1991) membagi struktur sedimen menjadi struktur erosi, struktur pengendapan, struktur pasca pengendapan, dan struktur biogenik. Pada paper ini kami akan menjelaskan lebih detail mengenai struktur sedimen erosi yang berupa channel dan scour.

Channel dan scour merupakan struktur sedimen erosi, dimana struktur erosi ini terbentuk karena proses fisika bekerja terlebih dulu sebelum proses pengendapan terjadi. Dalam pembagiannya, struktur sedimen erosi terbagi menjadi struktur sole mark yang mencakup flute cast dan groove cast dan saluran penggerusan yaitu channel dan scour. Channel dan scour biasanya ditemukan dalam batuan sedimen, dimana struktur tersebut hampir ditemukan dalam semua lingkungan pengendapan. Pada suatu lapisan sedimen, channel dan scour memiliki kenampakan yang khas yaitu berupa struktur yang memotong perlapisan atau laminasi di bawahnya dan dikenali sebagai permukaan erosi pada tubuh atau dasar lapisan. Channel dan scour memiliki ukuran berbeda, dimana channel berukuran lebih besar (meter sampai kilometer) dibanding scour. Sedangkan scour sendiri memiliki ukuran jauh lebih kecil (centimeter sampai meter). Perbedaan lainnya dari strutur ini adalah struktur channel terbentuk oleh proses sedimentasi yang berjalan lama sehingga memiliki pengaturan klastik yang lebih baik sedangkan struktur scour hanya pada proses erosi yang berjalan sementara (Tucker, 1991). Struktur channel dan scour  biasanya mengendapkan material yang lebih kasar dibandingkan dengan material disekitarnya, dan pada suatu channel  dimungkinkan terdapat struktur perlapisan silang siur.

Channel dan scour terjadi karena proses erosi oleh arus fluida dan pergerakan massa sedimen sebelum pengendapan yang kemudian menghasilkan cekungan dan terisi oleh sedimen yang memiliki tekstur berbeda dengan lapisan sedimen dibawahnya (ukuran butir lebih kasar). Lalu batuan tersebut tertimbun dan terlitifikasi. Kehadiran struktur channel dan scour ini akan sangat membantu geologis untuk menentukan bagian atas dan bawah (top and bottom) dari suatu singkapan batuan. Dengan memperhatikan cerukan hasil pergerakan material akibat arus atau pegerakan massa sedimen, selain membantu dalam penentuan top and bottom dari singkapan batuan, juga dapat membantu dalam penentuan arus purba.

Daftar Pustaka:

Amijaya, D. Hendra., Surjono, Sugeng S. 2017. Sedimentologi. Yogyakarta : Gadjah Mada          University Press. Halaman 84 – 88.

Jr., Sam Boggs. Principles of Sedimentology and Stratigraphy 4th Edition. New Jersey : Pearson Prentice Hall. Halaman 87 – 88

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Mineragrafi (Mikroskopi Bijih)

Eklogit: Mineral High-P pada Batuan Metamorf